Makam Waliyullah Ki Ageng Darmoyono (Jati Kembar) |
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) Merupakan seorang pendatang dari Tuban Jawa Timur datang ke Desa Tohyaning yang sekarang Jati kembar dukuh Mbuloh desa Kayen. Ki Ageng Darmoyono merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, Putra dari Dewi Sari (Sarifah) dengan Empu Supo (Supo Madu Rangin), dan Dewi Sari sendiri merupakan adik kandung dari Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Sedangkan Empu Supo (Supo Madu Rangin), merupakan cucu dari Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Ki Ageng Dharmoyono sengaja pergi mengembara dengan misi dakwah rela meninggalkan kemewahan juga indahnya kehidupan dalam keraton dan meninggalkan pangkat, jabatan di pemerintahan Tuban, dan menjalani kehidupan seharianya menjalani kedunia sufi/Tasawuf.
Sebelum kedatangan Ki Ageng Dharmoyono, Desa Tohyaning merupakan sebuah wilayah yang diyakini masyarakat setempat menjadi pusat penyebaran agama Hindu Pada Masa itu.
Selain itu Desa Tohyaning juga dijadikan pusat Pemerintahan sebuah kerajaan hal itu dikaitkan dengan Buku sejarah cerita rakyat Babad Tanah Jawa. Hal ini di buktikan dengan adanya temuan-temuan benda peninggalan pada masa itu yang saat ini disimpan oleh pengurus, adapun benda yang di temukan diantaranya :
Beberapa Garis yang mirip lencana prajurit yang bertanda huruf C III, beberapa Arca, 1 Arca dari batu putih yang berbentuk seperti Dewi Durga, menurut era Prambanan merupakan pujaan bagi orang Hindu dibuat sekitar abad 8 – 13 Masehi, juga ditemukan bekas bangunan yang sekarang masih dibawah tanah, yang tersusun dari bata merah berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, tebal 10 cm yang disusun rapi tanpa perekat (hanya pakai tanah liat).
Juga ditemukan peralatan makan dan minum, juga timbangan Emas, yang semuannya terbuat dari logam towo dan keramik bergambar warna biru.
Ki Ageng Dharmoyono datang di Desa Tohyaning (Telaga air jernih) atau Miyono sekitar abad ke 14 Masehi, Ki Ageng Dharmoyono datang ke Desa Miyono dengan tujuan dakwah menyebarkan Agama Islam dengan cara kejawen (Tatanan orang Jawa) Dan atas pertolongan Allah SWT dengan Disertai usaha yang gigih, Ki Ageng Dharmoyono berhasil merubah agama penduduk Miyono yang semula Hindu menjadi Islam.
Dari Desa Tohyaning berubah nama menjadi Miyono dan nama desa Miyono berubah menjadi Ki Anut (penduduk Miyono anut). Ki Ageng Dharmoyono terkenal dengan sesebutan Mbah Anut (sesepuh yang di anut/di ikuti), Ki Ageng Darmoyono juga terkenal Ki Miyono/Ki Yono (Kyai Sakti yang mukim di Miyono).
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) ini merupakan seorang Waliyulloh yang punya kelebihan ilmu dan kepandaian, orangnya sangat pendiam, orangnya kaya juga dermawan.
Dalam perjuangan menyebarkan Agama Islam di Miyono Desa/Kecamatan Kayen Pati Selatan dan sekitarnya , Ki Ageng Dharmoyono bersama 3 saudara/adiknya :
1. Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing (Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu) merupakan cikal bakal Desa Cengkalsewu (Empu Dharmoyoso mendapatkan hadiah tanah seribu jengkal dari Kerajaan Mataram yang akhirnya terkenal dengan sebutan Desa Cengkalsewu). Makam Ki Ageng Dharmoyoso berada di Dukuh Dermoyo Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kab. Pati sekitar 5 Km dari Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi ke arah barat. Adapun Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing mulai pugar pada Tahun 1924 oleh Datuk Kusumo / H. Abdul syukur yang menjabat Petinggi (Kepala Desa) Sumbersari Kayen selama 45 tahun pada masa penjajahan Belanda sampai Indonesia Merdeka. Makam ini sering dikunjungi oleh Almaghfurlah Mbah Ahmad Shobib, salah seorang tokoh Ulama Sepuh dari Jepara 1987 – 1995. Adapun Makam Mbah Hyang Dharmoyoso hingga sekarang masih banyak dikunjungi para peziarah baik para Habaib, Ulama, Kyai, Santri, Para Pejabat dan Masyarakat umum dari wilayah Kab Pati, Kudus, Jepara, Grobogan bahkan sampai ada yg datang dari Pulau Kalimantan, Sumatra, dll.
Juru Kunci Makam Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing yang pertama adalah :
- Mbah Raminah istri Mbah Sariban (H. Abdul Khodir) Tahun 1924 – 1964 M, dilanjutkan,
- Putrannya sebagai juru kunci kedua yaitu H. Thohari Amin Thohir tahun 1964-1992M.(dimasa hidupnya adalah PNS di Lingkungan DEPAG sebagai Ketib/Penghulu KUA &juga pernah menjabat sebagai Kepala Desa Cengkalsewu).
- Dilanjutkan Istrinya Juru Kunci ketiga Bu Sri Thohari dan setelah tua terkenal dengan panggilan Mbahji Maysaroh ( Hj. Sutinah Sri Suyatmi AT). Tahun 1992 sampai sekarang tahun 2011, Adapun sekitar makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu masih banyak diketemukan tai besi (bekas pande besi).
Sedangkan Haul Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing diperingati setiap tanggal 15 – 16 Bakdomulud/Rabiulakhir Tahun Hijriah. Demikian sekilas sejarah Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing.
2. Nyai Sombro (Nyai Branjung)dan
3. Joko Suro (Empu Suro). Makamnya di Kadilangu Demak berdekatan dengan ayahnya Empu Supo yaitu sebelah kanan sebelum masuk Gapuro Makam R. Sahid Kanjeng Sunan Kalijaga.
Ketiga adik kandung Ki Ageng Dharmoyono Surgi yakni : Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing, Nyai Sumbro, Joko Suro (Empu Suro) ketiganya merupakan ahli dalam pembuatan pusaka/Gaman mereka benar-benar mewarisi keahlian pembuatan keris (pusaka) dari Ayahnya Empu Supo dan juga kakeknya Empu Supo Mbungkul. Membuat pusaka/keris dengan cara dipijit-pijit dengan jari dan dijilati dengan lidah.
Peninggalan dan Jasa-jasa beliau ajaran :
1. Menyebarkan Tauhid Ketuhanan, menyebarkan aqidah Islam tanpa meninggalkan ajaran kejawen sebagai penghormatan antara lain tingkep, Sedekah Orang Meninggal, Bakar kemenyan dsb.
2. Wejangan Ki Ageng Dharmoyono Surgi Miyono yang sangat terkenal yaitu “Keluar masuknya nafas ingat Allah” yang orang jawa dulu menyebut MBULLOH yang artinya “Mlebu Metune Nafas Eling Allah” sampai sekarang dijadikan nama pedukuhan yakni Dukuh Mbulloh.
3. Bersama dengan adik-adiknya membuat pusaka/gaman yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar yaitu sabit suro, paku suro, lanjam suro, dll.
4. Beliau mennuah (menjadikan pusaka-pusaka) mempunyai kekuatan ghaib, yang diyakini warga bisa untuk sarana menolak hama, keselamatan dan sebagai piandel/kesaktian dll.
5. Dari berbagai sumber, Ki Ageng Dharmoyono Surgi/Ki Gede Miyono adalah paman Saridin yang mengasuh/momong Saridin semasa kecil hingga dewasa disebut Syeh Jangkung yang terkenal kesaktiannya dengan Lulang Kebo Landoh. Makamnya ada di Dukuh Landoh Desa Kayen 2 km arah barat dari Makam Jati Kembar sebutan Makam Mbah Hyang Dharmoyono Surgi Miyono.
Saridin/Syeh Jangkung anaknya Sunan Muria (R. Umar Said) Cucunya Sunan Kalijaga (R.Sahid). Sedangkan Raden Sahid adalah saudaranya Dewi Sari (Sarifah) ibunya Ki Ageng Dharmoyono, Empu Breganjing, Empu Sumbro dan Empu Suro. Sebagaimana Silsilah terlampir.
6. Terbukti banyak gupaan kerbau dan tempat pengembalaan kerbau di sekitar Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi (Makam Jati Kembar).
Dalam hal ini menurut pendapat Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan, beliau memberi amanat kepada Para Pengurus Makam, Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama Desa Kayen untuk mendirikan Masjid bernama “MASJID PEPUNDEN MIYONO” di sekitar lokasi Makam Ki Ageng Dharmoyono, Temu Silaturrahim pada hari Rabu Kliwon, 12 Mei 2010 / 26 Jumadilawal 1431 H.
Sebagai pelurusan sejarah dalam cerita seni budaya ketoprak Syeh Jangkung (Saridin) diasuh Ki Ageng Kiringan itu kurang benar. Sebab Ki Ageng Kiringan itu hidup pada masa Pakubuwono II + 1700, padahal Syeh Jangkung (Saridin) wafat tahun 1563 tepatnya tanggal 15 Rajab.
Demikian yang dapat penulis uraikan terkait sejarah Ki Gede Miyono (Ki Ageng Dharmoyono Surgi) dan Saudara-saudaranya, kebenarannya penulis serahkan pada Allah SWT. Yang Maha Tahu.
Nara sumber :
1. Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan;
2. R. KH. Ridwan Aziz Al Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Muqoddas & Penasehat Kraton Surakarta) dari Mbanger, Mojomulyo, Tambakromo Pati berdasarkan Kitab Syamsuddhahiroh Sayid Abdur Rohman;
3. KH. Nur Rohmat (Pengasuh Pondok Pesantren Al Isti’anah & Penasehat Pengurus Makam Mbah Syeh Jangkung Landoh Kayen) dari Plangitan Pati;
4. Penelitian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3 ) Jawa Tengah di Prambanan 26 Agustus 2010 oleh Bp. Bagus Sujianto,SS;
5. Babat Landoh jilid II;
6. Cerita Rakyat turun-temurun;
7. Peta Lama Desa Kayen (gambar Repetisi/letak tanah)
8. Penelitian dari TIM Balai Arkeologi Yogyakarta (Rabu, 04 Mei 2011 : Kepala Bpk. Drs. Siswanto, Dra.TM. Rita Istari, Hery Priswanto,SS, Agni Sesaria,M.SS, Ferry Bagus).
9. Penulis/Penyusun : Nor Rohmani Anshori, S.Ag. PNS Peka Pontren pada Kantor Kementerian Agama Kab. Pati (Pengurus Hondodento Yogyakarta Cabang Pati, Pengurus Benda Cagar Budaya “MAKAM PRAGOLA PATI” Sani, Tamansari Tlogowungu Pati, & Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Dk. Dermoyo Cengkalsewu Sukolilo Pati.
Kayen, 04 Mei 2011
Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi (Ki Gede Miyono)
Mbulloh Kayen Kabupaten Pati
DANI KURNIAWAN di 08.23SEJARAH SINGKAT KI GEDE MIYONO (KI AGENG DHARMOYONO SURGI)
DAN PENINGGALANNYA DIKETEMUKAN BENDA-BENDA KUNO
DI MIYONO DK. MBULLOH DESA/KEC. KAYEN PATI
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) adalah seorang pendatang, dari Tuban Jawa Timur, datang ke Miyono, pada waktu itu disebut Desa Tohyaning. Beliau merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, dan ibunya Dewi Sari (Sarifah) adik kandung Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Ayah Ki Ageng Dharmoyono adalah bernama Empu Supo (Supo Madu Rangin), Kakeknya bernama Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Ki Ageng Dharmoyono sengaja pergi mengembara misi dakwah meninggalkan indahnya kehidupan dalam keraton dan meninggalkan pangkat, jabatan di pemerintahan Tuban, masuk kedunia sufi/Tasawuf.
Sebelum kedatangan Ki Ageng Dharmoyono, Tohyaning merupakan sebuah tempat yang diyakini masyarakat setempat menjadi pusat penyebaran agama Hindu, sekaligus pusat Pemerintahan sebuah kerajaan yang ada hubungannya dengan cerita rakyat Babad Tanah Jawa. Hal ini di buktikan dengan adanya temuan-temuan yang masih disimpan pengurus, diantaranya :
Beberapa Gares yang mirip lencana prajurit yang bertanda huruf C III, beberapa Arca, 1 Arca dari batu putih yang berbentuk seperti Dewi Durga, yang oleh Prambanan merupakan pujaan orang Hindu dibuat sekitar abad 8 – 13 Masehi, juga ditemukan bekas bangunan yang sekarang masih dibawah tanah, yang tersusun dari bata merah berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, tebal 10 cm yang disusun rapi tanpa perekat (hanya pakai tanah liat).
Juga ditemukan peralatan makan dan minum, juga timbangan Emas, yang semuannya terbuat dari logam towo dan keramik bergambar warna biru.
Ki Ageng Dharmoyono datang di Desa Tohyaning (Telaga air jernih) atau Miyono sekitar abad ke 14 Masehi. Beliau datang ke Desa Miyono dengan tujuan dakwah menyebarkan Agama Islam dengan cara kejawen (Tatanan orang Jawa). Dan atas pertolongan Allah SWT. Disertai usaha yang gigih, Ki Ageng Dharmoyono berhasil merubah agama penduduk Miyono yang semula Hindu menjadi Islam, lama-kelamaan nama Miyono berubah menjadi Ki Anut (penduduk Miyono anut). Ki Ageng Dharmoyono terkenal dengan sesebutan Mbah Anut (sesepuh yang di anut/di ikuti). Beliau juga terkenal Ki Miyono/Ki Yono (Kyai Sakti yang mukim di Miyono).
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) ini merupakan seorang Waliyulloh yang punya kelebihan ilmu dan kepandaian, pendiam, kaya dan dermawan, dalam hal ini menurut pendapat Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan, beliau memberi amanat kepada kami (Pengurus Makam, Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama Desa Kayen) untuk mendirikan Masjid bernama “MASJID PEPUNDEN MIYONO” di sekitar lokasi Makam Ki Ageng Dharmoyono. Temu Silaturrahim pada hari Rabu Kliwon, 12 Mei 2010 / 26 Jumadilawal 1431 H.
Dalam perjuangan menyebarkan Agama Islam di Miyono Desa/Kecamatan Kayen Pati Selatan dan sekitarnya , Ki Ageng Dharmoyono bersama 3 saudara/adiknya :
1. Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing (Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu) merupakan cikal bakal Desa Cengkalsewu (Empu Dharmoyoso mendapatkan hadiah tanah seribu jengkal dari Kerajaan Mataram yang akhirnya terkenal dengan sebutan Desa Cengkalsewu). Makam Ki Ageng Dharmoyoso berada di Dukuh Dermoyo Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kab. Pati sekitar 5 Km dari Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi ke arah barat. Adapun Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing mulai pugar pada Tahun 1924 oleh Datuk Kusumo / H. Abdul syukur yang menjabat Petinggi (Kepala Desa) Sumbersari Kayen selama 45 tahun pada masa penjajahan Belanda sampai Indonesia Merdeka. Makam ini sering dikunjungi oleh Almaghfurlah Mbah Ahmad Shobib, salah seorang tokoh Ulama Sepuh dari Jepara 1987 – 1995. Adapun Makam Mbah Hyang Dharmoyoso hingga sekarang masih banyak dikunjungi para peziarah baik para Habaib, Ulama, Kyai, Santri, Para Pejabat dan Masyarakat umum dari wilayah Kab Pati, Kudus, Jepara, Grobogan bahkan sampai ada yg datang dari Pulau Kalimantan, Sumatra, dll.
Juru Kunci Makam Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing yang pertama adalah :
- Mbah Raminah istri Mbah Sariban (H. Abdul Khodir) Tahun 1924 – 1964 M, dilanjutkan,
- Putrannya sebagai juru kunci kedua yaitu H. Thohari Amin Thohir tahun 1964-1992M.(dimasa hidupnya adalah PNS di Lingkungan DEPAG sebagai Ketib/Penghulu KUA &juga pernah menjabat sebagai Kepala Desa Cengkalsewu).
- Dilanjutkan Istrinya Juru Kunci ketiga Bu Sri Thohari dan setelah tua terkenal dengan panggilan Mbahji Maysaroh ( Hj. Sutinah Sri Suyatmi AT). Tahun 1992 sampai sekarang tahun 2011.
Adapun sekitar makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu masih banyak diketemukan tai besi (bekas pande besi).
Sedangkan Haul Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing diperingati setiap tanggal 15 – 16 Bakdomulud/Rabiulakhir Tahun Hijriah. Demikian sekilas sejarah Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing.
2. Nyai Sombro (Nyai Branjung)dan
3. Joko Suro (Empu Suro). Makamnya di Kadilangu Demak berdekatan dengan ayahnya Empu Supo yaitu sebelah kanan sebelum masuk Gapuro Makam R. Sahid Kanjeng Sunan Kalijaga.
Ketiga adik kandung Ki Ageng Dharmoyono Surgi yakni : Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing, Nyai Sumbro, Joko Suro (Empu Suro) ketiganya merupakan ahli dalam pembuatan pusaka/Gaman mereka benar-benar mewarisi keahlian pembuatan keris (pusaka) dari Ayahnya Empu Supo dan juga kakeknya Empu Supo Mbungkul. Membuat pusaka/keris dengan cara dipijit-pijit dengan jari dan dijilati dengan lidah.
Peninggalan dan Jasa-jasa beliau adalah :
1. Menyebarkan Tauhid Ketuhanan, menyebarkan aqidah Islam tanpa meninggalkan ajaran kejawen sebagai penghormatan antara lain tingkep, Sedekah Orang Meninggal, Bakar kemenyan dsb.
2. Wejangan Ki Ageng Dharmoyono Surgi Miyono yang sangat terkenal yaitu “Keluar masuknya nafas ingat Allah” yang orang jawa dulu menyebut MBULLOH yang artinya “Mlebu Metune Nafas Eling Allah” sampai sekarang dijadikan nama pedukuhan yakni Dukuh Mbulloh.
3. Bersama dengan adik-adiknya membuat pusaka/gaman yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar yaitu sabit suro, paku suro, lanjam suro, dll.
4. Beliau mennuah (menjadikan pusaka-pusaka) mempunyai kekuatan ghaib, yang diyakini warga bisa untuk sarana menolak hama, keselamatan dan sebagai piandel/kesaktian dll.
5. Dari berbagai sumber, Ki Ageng Dharmoyono Surgi/Ki Gede Miyono adalah paman Saridin yang mengasuh/momong Saridin semasa kecil hingga dewasa disebut Syeh Jangkung yang terkenal kesaktiannya dengan Lulang Kebo Landoh. Makamnya ada di Dukuh Landoh Desa Kayen 2 km arah barat dari Makam Jati Kembar sebutan Makam Mbah Hyang Dharmoyono Surgi Miyono.
Saridin/Syeh Jangkung anaknya Sunan Muria (R. Umar Said) Cucunya Sunan Kalijaga (R.Sahid). Sedangkan Raden Sahid adalah saudaranya Dewi Sari (Sarifah) ibunya Ki Ageng Dharmoyono, Empu Breganjing, Empu Sumbro dan Empu Suro. Sebagaimana Silsilah terlampir.
6. Terbukti banyak gupaan kerbau dan tempat pengembalaan kerbau di sekitar Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi (Makam Jati Kembar).
Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono)mulai diperingati/Haul Tahun 1970 oleh : Mbah Hasan dan Bapak suwadi atas perintah Mbah Zaid Terban Kudus. Juru kunci Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) yang pertama Mbah Sulaiman (Modin) wafat Tahun 1943, diteruskan Mbah Suprawiro Japan wafat Tahun 1976, dilanjutkan Mbah Sukardi dibantu Mbah Samat sampai sekarang.
Adapun Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono)Mbulloh Kayen Kabupaten Pati Yakni : Bp. Subono Kepala Desa sebagai Pelindung, Penasehat : Bp. Suwadi & Bp. K. Ali Ahmadi, Juru Kunci : Mbah Sukardi dibantu Mbah Samat, Ketua : Bp. Nur Rohmat & Bp. Darlan, Sekretaris : Bp. Ahmad Rodli & Bp. Supriyono, Bendahara : Bp. Bayan Yoto dan Bp. Ridwan dan Seksi Pembangunan : Bp. Kenang & Bp. Sukardi, Seksi Usaha : Semua Ketua RT dan RW Dukuh Mbulloh Desa Kayen.
Sebagai pelurusan sejarah dalam cerita seni budaya ketoprak Syeh Jangkung (Saridin) diasuh Ki Ageng Kiringan itu kurang benar. Sebab Ki Ageng Kiringan itu hidup pada masa Pakubuwono II + 1700, padahal Syeh Jangkung (Saridin) wafat tahun 1563 tepatnya tanggal 15 Rajab.
Demikian yang dapat penulis uraikan terkait sejarah Ki Gede Miyono (Ki Ageng Dharmoyono Surgi) dan Saudara-saudaranya, kebenarannya penulis serahkan pada Allah SWT. Yang Maha Tahu.
Nara sumber :
1. Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan;
2. R. KH. Ridwan Aziz Al Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Muqoddas & Penasehat Kraton Surakarta) dari Mbanger, Mojomulyo, Tambakromo Pati berdasarkan Kitab Syamsuddhahiroh Sayid Abdur Rohman;
3. KH. Nur Rohmat (Pengasuh Pondok Pesantren Al Isti’anah & Penasehat Pengurus Makam Mbah Syeh Jangkung Landoh Kayen) dari Plangitan Pati;
4. Penelitian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3 ) Jawa Tengah di Prambanan 26 Agustus 2010 oleh Bp. Bagus Sujianto,SS;
5. Babat Landoh jilid II;
6. Cerita Rakyat turun-temurun;
7. Peta Lama Desa Kayen (gambar Repetisi/letak tanah)
8. Penelitian dari TIM Balai Arkeologi Yogyakarta (Rabu, 04 Mei 2011 : Kepala Bpk. Drs. Siswanto, Dra.TM. Rita Istari, Hery Priswanto,SS, Agni Sesaria,M.SS, Ferry Bagus).
9. Penulis/Penyusun : Nor Rohmani Anshori, S.Ag. PNS Peka Pontren pada Kantor Kementerian Agama Kab. Pati (Pengurus Hondodento Yogyakarta Cabang Pati, Pengurus Benda Cagar Budaya “MAKAM PRAGOLA PATI” Sani, Tamansari Tlogowungu Pati, & Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Dk. Dermoyo Cengkalsewu Sukolilo Pati.
Dikutip dari Media Suaka Indonesia
0 Comments
Posting Komentar